BANDA
ACEH - Peneliti sejarah kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad
menyatakan, di antara koin emas yang ditemukan warga Lampaseh di kawasan
situs Gampong Pande, Banda Aceh, baru-baru ini, adalah koin emas atau
dinar yang di cetak pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman bin Salim
dari Dinasti Utsmaniyyah (Ottoman) di Turki.
"Pada
sebelah muka dinar itu tertulis kalimat yang bunyinya : 'Sultan
Sulaiman bin Sultan Salim Syah 'uzza nashruhu dhuriba fi Mishr sanah 927
(6?)'. Terjemahannya : 'Sultan Sulaiman bin Sultan Salim Syah-semoga
dikuatkan kemenangannya-dicetak di Mesir pada tahun 927/6?
[hijriah]'." Ujar Taqiyuddin kepada Misykah.com, kamis (14/11/2013).
Sultan
Sulaiman atau lebih dikenal dengan Al-Qanuniy adalah penguasa ke-10
dari Dinasti Utsmaniyyah di Turki dan telah memerintah dalam masa yang
lama sejak mangkatnya ayahnya Sultan Salim pada 926 H/1520 M sampai
dengan wafatnya pada 974 H/1566 M.
"Masa
pemerintahannya merupakan masa puncak kegemilangan Dinasti Utsmaniyyah.
Angkatan lautnya di bawah komando Khairuddin Barbaros (Hayreddin
Barbarossa) telah berhasil melakukan banyak gerakan penaklukan yang
penting dalam sejarah Dinasti ini. Ujar Taqiyuddin Muhammad yang ahli epigrafi ini.
Dalam
masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuniy di Turki, kata Taqiyuddin
Muhammad, Aceh berada dalam pemerintahan Sultan 'Ala'uddin Ri'ayah Syah
yang menjadi Sultan setelah ayahnya, Sultan 'Ali Mughayat Syah, mangkat
pada 936 H/1530 M.
"Sebagaimana
Al-Qanuniy, Ri'ayah Syah merupakan Sultan yang memerintah dalam masa
yang lama pula, yaitu sampai dengan wafatnya 979 H/1572 M, dan masanya
juga merupakan masa kegemilangan Aceh Darussalam. Adalah takdiq Yang
Maha Kuasa semata, dunia Islam pada waktu itu di kuatkan oleh kehadiran kedua pemimpin umat ini, Al-Qanuniy di Barat dan Ri'ayah Syah di Timur," kata Taqiyuddin Muhammad.
Menurut
Taqiyuddin, penemuan dinar Sultan Sulaiman Al-Qanuniy bersama-sama
dirham bertuliskan 'Ala'uddin Ri'ayah Syah Malik Azh-Zhahir di Gampong
Pande, baru-baru ini, menjadi bukti konkrit adanya hubungan yang sangat
kuat antara kedua penguasa Dunia Islam ini.
"Keduanya
ibarat dua bersaudara yang telah menyumbang banyak kebaikan bagi umat
Islam dalam abad ke-16 itu," ujar Taqiyuddin Muhammad.
Taqiyuddin
menyayangkan ketidakpedulian pemerintah terhadap warisan sejarah
Kerajaan Aceh Darussalam, sehingga banyak tinggalan sejarah tersebut
hilang dan diperjualbelikan.(Syah)
No comments:
Post a Comment