Friday, November 1, 2013

Ranup Sigapu Jeut Keu Ubat


Tahukah Anda....?? “Ranup” adalah kata dalam bahasa Aceh untuk sirih. Daun sirih menjadi bagian dari budaya tua di masyarakat Asia Tenggara. Menyirih atau mengunyah daun sirih dipercaya memberi manfaat bagi kesehatan. Di antaranya, pengharum bau mulut dan membantu pencernaan. Banyak manfaat lain dari daun sirih yang dikenal. Cara penggunaannya tidak hanya dengan dikunyah. Misalnya, dengan  biasanya direbus dan dicampur ramuan lain lalu diminum airnya. Menyumpalkan daun sirih yang dirobek ke liang hidung saat mimisan adalah salah satu pengobatan populer di tanah air.
 
Masyarakat Aceh tempo dulu, dalam catatan perjalanan Thomas Bowrey, biasa mengunyah sirih sepanjang hari. Seorang Inggris yang pedagang ini mengaku turut mengunyah sirih untuk mengharumkan nafas sebagaimana masyarakat Aceh, selama ia tinggal di negeri Serambi Mekah ini sekitar tahun 1675-an.

Ranup atau sirih adalah bagian keseharian dalam budaya Aceh. Tidak hanya sekadar kunyah-kunyahan. Sirih berikut bahan-bahan pasangannya seperti pinang, kapur, dan rempah lain menjadi suguhan bagi tamu, simbol kerendahan hati tuan rumah untuk memuliakan tamu.

Sebagaimana pada umumnya masyarakat Melayu, di Aceh sirih banyak muncul dalam acara-acara adat. Sebagai bahan antaran dalam pernikahan, perekat tali persaudaraan, hingga urusan penyelesaian perselisihan.

Ranup juga dapat kita temui di warung-warung kopi yang ada di Aceh. Namun tidak di jual per ikat, melainkan sudah berupa ranup siap saji. Digulung hingga berbentuk kerucut. Mirip kerucut ice cream, tapi terlalu runcing. Di dalam gulungan daun sirih diberi ramuan “bumbu” khusus. Tampak sepecah biji pinang menyembul dari gulungan.

Jadi tidak salah jika ada orang yang mengatakan, “Dalam konteks kekinian pun, ranup adalah simbol kekuatan (masyarakat) Aceh”.


No comments: